Jumat, 09 Maret 2012

BAB 1 - Kajian Kasus : Sukses Bisnis Sejak Kuliah (Bag.2)


Sukses Bisnis Sejak Kuliah (Bagian 2)

Rynni memulai usahanya sejak masih kuliah, tepatnya pada tahun 2002. Hobinya berbelanja dari mulai baju, sepatu sampai aksesoris, membawanya pada keinginan untuk berbisnis. "Awalnya sih cuma ingin punya baju gratis saja. Jual baju ke teman-teman kan ada untungnya tuh. Lumayan kan, jadi dapat barang gratisan," ujar Rynni sambil tertawa.

Bersama rekannya, Tisca, Rynni memulainya dengan berjualan baju secara eceran di kampus. Menawar-nawarkan pada teman-teman di kelas sampai menggelarnya di parkiran, tak malu-malu dilakukannya. "Naik bajaj dan pulang pergi naik kereta Jakarta-Bandung, duduknya di emperan pula karena nggak dapat tempat duduk, sambil bawa barang di keresek ukuran paling besar ada empat buah, pernah kita lakukan," beber Rynni.

Rynni sama sekali tidak mendapat bantuan modal dari orang tuanya. "Kalau dapat modal, nanti gue keenakan, jadi nggak mau usaha. Kata nyokap, gue harus tahu pedihnya seperti apa," jelas Rynni. Meski harus memutar otak sendiri dalam urusan permodalan, Rynni pantang menyerah. Tadinya sekadar ingin dapat barang gratisan, Rynni mulai mengelola usahanya lebih serius.

Akhirnya, mereknya lambat laun mulai dikenal banyak orang, terutama sendal produksinya. "Pengalaman paling berkesan waktu ikut Bazaar Gadis di Jakarta. Kita bawa 300 pasang sandal, sampai-sampai kerepotan mengaturnya di kereta. Tapi tidak menyangka, kita pulang tinggal bawa 13 pasang. Hari itu dapat Rp 38 juta," cerita Rynni.


Bermula dari jual eceran, kini Rynni telah memiliki toko sendiri. Barang-barangnya pun sudah banyak dikirim ke luar Pulau Jawa. Meski merahasiakan omset yang diraihnya, Rynni mengungkapkan bahwa dirinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Lebih dari itu, perputaran uang yang diperolehnya sanggup membuat Rynni membuka satu usaha lagi, yaitu mendirikan sebuah cafe. "Modal saya adalah kerja keras," cetus Rynni.

Kisah Rynni yang membuka usaha dengan modal pas-pasan juga dialami oleh Dermawan Hadi, mahasiswa Teknik Sipil Itenas Jurusan Teknik Arsitektur angkatan 1999, pemilik Distribution Outlet (distro) "Jealousy". "Modal awal Rp 500 ribu, patungan sama teman saya. Waktu itu jadinya 1 lusin baju, lalu kita jual ke teman-teman di kampus," ungkap Dermawan, yang biasa dipanggil Ndo, pada Kampus.

Semenjak merintis tahun 2002 dengan menawar-nawarkan produk pada teman-teman dan menitip ke distro-distro lain, kini Ndo telah memiliki toko sendiri. Produknya pun telah sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Padang, Medan, dan Pontianak. Omzetnya telah menembus puluhan juta rupiah per bulan. "Ini untuk biaya kuliah juga, karena pada awalnya saya ingin sedikit memberikan kontribusi pada orang tua. Malu juga kalau minta uang terus," ujar Ndo yang tengah menunggu waktu kelulusannya.

Berwirausaha sebenarnya sama saja dengan menolong diri sendiri, karena menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri alias tidak bergantung pada orang lain. Bahkan jika usaha semakin maju, seorang wirausaha bisa membuka lapangan kerja bagi orang lain. Untuk urusan ini, Ndo pun tidak sendiri dalam mengelola Jealousy, yang beralamat di Jalan Pelajar Pejuang 45, Bandung. Ia bekerja sama dengan 7 orang temannya.

(bersambung ke hlm berikut..)

Sumber : Buku Kewirausahaan "Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda", Salemba Empat 2011, Jakarta  (Universitas Mercu Buana)
sumber gambar : http://1.bp.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar