Jumat, 09 Maret 2012

BAB 1 - Kajian Kasus : Sukses Bisnis Sejak Kuliah (Bag.3)

Sukses Bisnis Sejak Kuliah (Bagian 3)

Selain itu, lingkungan kampus yang kerap dikenal memiliki sumber SDM dengan intelektual tinggi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat mahasiswa selayaknya mengembangkan kewirausahaan berbasis kompetensi bidang keilmuan yang ditekuninya. Hal ini penting untuk melahirkan berbagai inovasi. Hal tersebut juga diakui Ndo, yang menyukai bidang desain, sebagai awal ketertarikannya terjun dalam bisnis distro. "Ini sebagai bentuk pemanfaatan ilmu juga," katanya.

Jeli melihat pasar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh para wirausahawan. Booming pemakaian telepon seluler, membuat Andrianto, alumnus STT Tekstil Jurusan Teknik Industri Tekstil angkatan 1999, memutuskan untuk membuka counter penjualan HP, pada tahun 2000. Setelah 5 tahun berjalan, Andrianto kemudian memilih untuk hanya menjual voucher pulsa. "Allhamdulillah sekarang sudah ada 3 counter," kata Andrianto, yang akrab dipanggil Andri.

Pendapat yang mengatakan bisnis dan hobi seringkali beriringan, memang ada benarnya. Selain berjualan voucher pulsa, Andri juga menjalankan bisnis yang bermula dari hobinya pada bidang fotografi. "Yang penting itu senang dulu, maka tidak akan terasa berat dalam menjalankannya," kata lelaki pemilik CV Aurapro yang melayani jasa pemotretan dan dokumentasi video ini.

Sama halnya dengan Andri yang bergerak di bidang dokumentasi visual, M. Iqbal El Hidayat--mahasiswa Fikom Unpad Jurusan Jurnalistik angktan 2001-- juga bergerak di bidang yang sama, dengan mendirikan Rumah Produksi "Kavlink 21". Berdiri sejak tahun 2001, Kavlink 21 awalnya bergerak di bidang film. Seiring perkembangan, Kavlink 21 pun melebarkan sayap ke bidang dokumentasi video, fotografi, dan company profile. "Awalnya karena saya melihat potensi dari bangkitnya film indie," kata Iqbal, Direktur Kavlink 21.

Meski sempat terseok-seok karena masalah dana, bahkan sempat vakum pada tahun 2003, maka mulai tahun 2005 ini Kavlink 21 berniat untuk bangkit kembali. Order pun mulai berdatangan. Bahkan, beberapa kali diundang menjadi pembicara dalam diskusi bidang film dan multimedia. "Dalam bidang film sendiri, kita sudah memiliki empat karya," ungkap Iqbal.

Salah satu film tersebut yang berjudul "Tunas-Tunas Dakwah" bahkan sudah diputar sampai ke UGM, Yogyakarta. "Film ini memang rencananya mau dikomersilkan, meski harus diedit ulang dahulu. Caranya, dengan dijual dalam bentuk VCD dan road show ke kampus-kampus," jelas Iqbal.

Selain road show, Iqbal juga merencanakan untuk membentuk komunitas-komunitas diskusi di kampus-kampus. Hal ini dilakukan bukannya tanpa tujuan. "Mahasiswa kan segmen utama kita. Jadi harus didekati," kata Iqbal lagi.

Iqbal mengakui, belum merasakan keuntungan material yang berarti dari bidang yang dijalaninya ini. Meski demikian, Iqbal dan teman-temannya tetap berkomitmen untuk membesarkan Kavlink 21. "Kita membangun dari nol, jadi tinggal usaha untuk membesarkannya saja. Meski profit masih sedikit, namun niat kita memang ingin meraih keuntungan lewat film," papar Iqbal.

Sama halnya dengan Iqbal, Imam Hidayah, pengelola Toko Buku dan Perpustakaan "Taman Bunga", Jatinangor, yang baru berdiri pada Mei 2005, juga tidak memedulikan keuntungan materi yang sedikit. "Untung dari jual buku kan kecil," cetus Imam yang juga mahasiswa Fikom Unpad Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2001 ini.

Meski demikian, Imam dan 7 orang temannya yang sama-sama mendirikan Taman Bunga tidak terlalu memedulikan hal tersebut. "Saya memang suka buku. Selain itu, di sini saya juga bisa bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang. Ada kesenangan tersendiri di situ," kata Imam.

Namun Imam tetap mempunyai perencanaan ke depan untuk mengembangkan usahanya. Imam berencana untuk membuka penerbitan, sebagai unit usaha lain, karena melihat masih banyaknya buku-buku teks berbahasa asing yang belum diterjemahkan. "Inginnya sih bisa membiayai kuliah dari usaha ini. Cuma kita saat ini memang masih merintis. Setidaknya, bisa makanlah dari sini," ujar Imam.

Cerita-cerita di atas merupakan potret mereka yang sudah terjun berwirausaha sejak di bangku kuliah. Berani dan optimis merupakan kuncinya. "Dulu mungkin anak-anak di Indonesia lebih 'diarahkan' untuk menjadi worker. Namun sekarang yang saya lihat, kecenderungan anak-anak muda di Indonesia untuk mulai berani berwirausaha sudah mulai muncul," demikian pendapat Iqbal.

"Banyak mimpi-mimpi untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan? Saya sendiri tidak pernah bermimpi bahwa besok ada revolusi atau KKN tiba-tiba jadi bersih, cuma setidaknya kita di sini telah melakukan sesuatu, meskipun kecil. Kita tidak diam saja," ungkap Imam.***

sumber: www.pikiran-rakyat.com

                    

0 komentar:

Posting Komentar